Seni bersikap bodo amat



Buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail karya Mark Manson ini menyita perhatian aku,
Warna orange cover bukunya sungguh menarik,
Berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat"

Jujur, aku baru tau buku tersebut beberapa bulan terakhir ini,
Judul yang tak biasa lantas menjadi hal yang paling pertama memikat,
Untunglah teman kos aku ternyata memiliki bukunya,
Setelah sebelumnya kita tidak jadi pergi ke salah satu acara 'Bincang Buku' yang membahas mengenai buku Mark Manson ini,


Aku baru baca beberapa lembar halamannya,
Daannn...tak sabar untuk menuangkan perasaan aku,
Bila aku tunda untuk menulisnya nanti moodku keburu hilang,
Jadi sebelum dunia kemalasan menyerang, ijinkan aku untuk menulis beberapa opini hasil olah rasa dari apa yang aku baca :)

Awalnya siih, mungkin judul buku ini terkesan negatif,
Tapi kalo negatif, kok bisa jadi best seller? Pikirku
Ternyata benar saja...
Ini negatif namun negatif yang penuh makna,
Bukan cangkang kosong,

Terdapat dua jenis huruf vokal dalam kata 'Bodo Amat'
Masing-masing muncul dua kali, sehingga menjadi seimbang jumlah antara huruf vokal dan konsonan,
Aku mengisyaratkan makna tersebut ke dalam empat hal :

Satu, bersikap bodo amat bukan tanpa arti namun penuh siasat...
Dua, bodo amat bukan kata pasif justru ia aktif dengan strategi prioritasnya...
Tiga, sikap bodo amat mengajarkan kita untuk dapat melangkah ke depan tanpa ragu...
Empat, memiliki rasa bodo amat justru dapat menyelamatkan kita dari kungkungan masalah yang menekan...

Dalam bukunya, Mark Manson mengatakan
"Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang mempedulikan lebih banyak hal; tapi tentang mempedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar, mendesak dan penting"

Yaaahhh...jangan memikirkan hal-hal yang tidak layak menjadi beban fikiran kita,
Tapi setiap orang punya kriteria hal pentingnya masing-masing,
Bergantung nilai-nilai atau prinsip yang dipegang teguh masing-masing orang,
Tidak semua yang dikatakan Mark Manson dalam bukunya tersebut benar untuk aku,
Wajar saja bukan...
Ada yang aku terima, ada pula yang tidak,
Ada yang harus aku perbaiki, ada pula yang nonsense bila aku lakukan itu,
Wajar saja bukan...
Pribadi dan prinsip kita berbeda,
Tapi satu yang pasti,
Mulai saat ini kita harus sama-sama memikirkan
"apa sebenarnya yang kita pedulikan?"



Reactions

Posting Komentar

0 Komentar